Pages

Rabu, 17 Desember 2014

TIDUR

So, menulis ini dalam kondisi gabut yang bukan main, dikantor gada kerjaan, sebab event sudah selesai tanggal 13 Desember lalu, sekarang jadi luntang lantung deh mau ngapain. Laporan udah kelar juga. udah semuanya udah kelar. cuma palingan nanti bikin..... lah ngapa jadi kepanjangan curhatnya.

Gaji bulan ini akan di potong lagi, uang saat event All Pack engga tau kemana. yaudahlah. gua mah ikhlas ikhlas aja tapi palingan liburan ke Lampung yang sudah di mimpikan bakal batal sebatal batalnya umat. Damn shit baby. Betewe gue lagi dalam tahap nyaman sama temen-temen kantor karena kebetulan pada gabut juga kali yah, terus gada yang di kerjain jadinya main usil usilan taiq quching deh. that was good kok.

AND IM IN LOVE WITH SOMEONE gak yakin juga sih kalo loving in love. Cuma setidaknya gue lumanyan berhasil ngelupain si ya si ya, si auk ah. meskipun intensitas ketemu masih sangat tinggi, kira-kira gitu, gila tulisan gue gada nilainya banget sik. bhay ah. gue tidur dulu emh emh emh emh.

Rabu, 26 November 2014

Hidup Gue Sekarang!

Ya bener emang kata Buya Hamka, "Jika hidup hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, kera juga bekerja". Hidup bukan pekara hari ini atau besok aja. tapi untuk beberapa hari kedepan. 

Gue sudah melewati fase berantakan gara-gara cinta terlalu banyak rupanya, setelah gue merenung. Terakhir beberapa minggu lalu gue berantakan gara-gara cinta. Lha gue mesti apa tapinya, selain memang menikmati keberantakan gue itu. Gue akhirnya baik-baik saja toh. Hidup ya hidup, planing tetap berjalan, mesti tidak lancar. 
Yang ada diotak sekarang adalah gue ingin bekerja lebih dari sekedar, berbuat lebih dari sekedar, menebar manfaat juga lebih dari sekedar. That's it! 

Sudah jadi karyawan, tapi belum becus menabung. Hidup akhirnya ada ditangan gue sekarang. Ayah dan mama gue minta berdoa aja, tanpa mesti pusingin gue yang kerap kali pulang pagi buat menjadikan kualitas kerja gue lebih dari sekedar. Tetot! Tahun depan gue menginjak umur 22 tahun. Gilak, it's so scary for me. bhay oll! Gaji masih standard nih. Tapi tahun depan gue berniat nerusin kuliah gue, dan umur 28 kira-kira gue udah S2 deh. Planing sih gitu. we'll see guys. 

And what, beberapa hari, i'm doing shit for something, something about my job. That's soooo suck! But, what can i do? Nothing! Hiyahahah. Bingung juga mau ngapain, selain berdoa dan belajar dari kesalahan yang ada. Udah ah...

Saya tulis blog ini di JIExpo Kemayoran, saya lagi kerja, Bhay! hahaha

Senin, 10 November 2014

Kau baik.

Kau tetap saja punya cara yang membuatku terheran-heran, untuk memanggilku lagi membawa sajadah dan air Mata minta ampun. Tak pernah Kau lelah menyambutku.

Tuhan, kehancuranku malam Ini adalah fana. Sebab sebenarnya Kau nyatakan ini adalah awalku menyambut bahagiaku pada sesosok laki-laki yang berpikiran positif, menyeimbangiku yang labil.

Kau, tetaplah jaga iman islamku. Agar alifbata ini tetap kokoh. Tuhan, Kau Maha baik. Maaf aku beribu-ribu kali mengenyahkan panggilanMu.

Jumat, 03 Oktober 2014

Dzulhijjah

Ini fase yang cukup memprihatinkan dalam hidup saya. Setelah lulus dari kuliah yang ternyata tidak menyebalkan, saya pun sudah bekerja. Meski tanpa status, meski tanpa upah yang tak kunjung ada di tangan. Tapi, hal yang menyedihkan dari itu semua adalah saya merasa kesepian. Dalam fase yang luar biasa panjang. Meski chat di handphone tak pernah redup. Meski teman kantor selalu mengajak ketawa. Meski mama dan ayah yang tak berhenti menanyakan kabar. Meski tumpukan deadline kerjaan menggunung. Saya tetap kesepian. Sepi yang diliputi tekanan-tekanan dan masalah yang di buat, di riwayatkan oleh diri sendiri, tidak tahu jalan keluar, tidak tahu harus berbuat apa. Tuhan, dalam megahnya dunia Mu saya merasa sepi.

Apakah begini analoginya. Di dalam kubur nanti, ketika saya seorang diri. Meski banyak orang yang datang kepemakaman saya, entah menangis, entah merasa senang, entah. Meski banyak orang yang saya kenal semasa hidup. Ketika di dalam kubur, saya akan merasa sepi. Meski menjerit minta pertolongan, namun tak satupun kerabat dan sahabat tersayang menolong saya. Hanya ada malaikat yang hadir atas izin Allah, untuk menanyakan segala hal yang saya perbuat di dunia. Jika jawaban atas pertanyaan tidak sesuai, maka habislah saya. Seperti ketika masuk ruangan bos saya. Meski rekan kerja ada di kanan kiri saya, namun ketika saya kena omel, tak satupun yang bisa menolong. Sebab itu kesalahan saya. Itukah sepi? Itukah sedikit rasa di alam kubur yang kini saya rasakan beberapa minggu belakangan. Sesedih itu? Meski teman hadir di hidup saya cukup banyak?

Ini Dzulhijjah Mu yang indah. Namun tak seharipun saya menyambutnya. Ini Dzulhijjahmu yang rekah, namun terlalu lama saya menyadarinya. Saya pun tahu sebab sepi yang saya rasa. Kau mungkin sedikit marah. Aku malu ya Allah.


Senin, 15 September 2014

Nanti Ku Ambil Kembali

Nanti dulu.
Saya sudah kerja meski tak jelas status dan gaji.

Nanti dulu.
Eh jangan negative dulu.

Semua kebahagiaan saya akan saya ambil kembali. Ya meskipun nanti-nanti.

Senin, 04 Agustus 2014

Untung Yah!

Tapi untungnya saya masih punya modal untuk mengkhayal
Untung sekali tidak disuruh bayar
Ditambah modal mengeluarkan air mata, walau tak deras tapi cukup bikin bengkak mata. 
Untung tidak bayar.

Jika dalam Sajak Kecil Tentang Cinta milik Sapardi Damono
yang dalam bait sajaknya tertulis "Mencintaimu harus menjelma aku"
Itu tidak bisa. Terlalu bodoh. Goblok. 
Saya tidak mampu.

Jadi saya putuskan.
Saya lelah berkhayal meski tak bayar. 
Saya lelah menangis meski gratis.
Saya lelah hancur cuma karena kamu.

Saya akan jatuh cinta. 
Dengan yang lebih berkualitas dari kamu. 
Itu saja. 

Kamis, 03 Juli 2014

ABC

a. Jadi, dulu bunga itu mekarnya merekah dan benar-benar mengundang mata.
    Tapi enam tahun belakangan dia bertahan hanya sampai kuncup, lalu mati di tiup angin.
    Setidaknya Tuhan sempat mengizinkan bunga itu mekar.

b. Dulu, aku tak peduli kabel telepon merek apa yang kau gunakan untuk meneleponku
    Yang ku tahu kita bicara dalam kondisi sadar dan mudah-mudahan dalam rasa saling cinta.
    Sekarang kau telah mengganti kabel telepon itu dengan merek yang lebih canggih, tapi deringan telepon         darimu, tak pernah lagi sampai di teleponku. Aku rindu.

c. Malam itu aku yang mengatakan selamat tinggal. Kemudian menangis dua jam lamanya.
    Malam ini kau yang mengatakan selamat tinggal dengan prantaramu yang ku ketahui dari-Nya.
    Tanpa prantara siapapun, aku lebur. Dengan terpaksa akupun mengatakan selamat tinggal.
    Tapi aku tetap mencintaimu, Tuhan menjaga rasa itu.

Ini bulan suci, ibuku bilang, aku harus berbuat baik dan tidak boleh berkata curang. Moga kau paham maksudku.