Pages

Selasa, 26 November 2013

Ikhlas

Tempo yang lalu, kolega saya meminta saran saya, bagaimana bersikap tidak peduli dengan keadaan yang membuatnya kalap tidak tidur. Saya pikir, ini sulit untuk di terangkan dan di praktekan. Saya berpikir ini urusan perasaan, dan pikirannya, yang memang belum bisa mengkontrol kekalapannya tentang kondisinya yang membuatnya kalap tidak tidur. Berputar-putar saja jadinya. 
Lalu, saya katakan, "mungkin harus ikhlas"
bagaimana ya? saya juga dalam kondisi tidak eling, berkata demikian. Berkata "ikhlas". Lalu, kolega saya katakan, dia tenang, ketika saya menyarankan dia untuk ikhlas. Jelas betul saya tidak eling. 
Persisnya, saya sendiri tidak tahu, kapan saya merasa ikhlas terhadap sesuatu. Sampai umur 20 tahun, saya masih ragu, sikap mana yang menunjukan bahwa saya "Ikhlas". Ya Tuhan, lucu betul duniaMu ini. Saya senang, menjadi bagian dari duniaMu. 

Minggu, 24 November 2013

Shooting

Seneng ya? Saya ajak *kamu jadi talent film pendek teman saya. Ah... tadinya sok malu-malu, tak mau buka obrolan dengan talent yang lain yang sebaya denganmu. Di akhir hari, kau gigih ingin tidur bersama mereka, dibanding tidur dikamar saya, saudara kandungmu sendiri. Dasar bocah!

Mana peduli dengan lelah, mana peduli mandi, yang penting ketawa! yang penting punya sejawat baru, yang penting aku bahagia! dasar bocah!
Misalnya, saya masih bisa begitu, macam apa hidup saya, gembira ria, masalah ya jadi persoalan persetan, yang penting senang, yang penting aku gembira.

Bisa-bisa saja seperti demikian, tapi umur, urusan psikologis, dan gengsi, umm jadi persoalan.

Senang buat kamu senang. Saya akhirnya punya peran sebagai saudara kandung.






*adik laki-laki saya

Sabtu, 23 November 2013

Ya positif saja

Ya, barangkali benar aku ini seorang "pesakitan" yang dalam masa percobaan. Harusnya lagi di sel. Tapi, di izinkan bebas, karena sempat berbuat baik. Ya Tuhan, setan-setan dalam aliran darah sepertinya sedang berontak, dia rindu aku melakukan tugas-tugasnya. Tapi, aku dalam masa transisi melakukan tugasMu karena rindu. Berat betul tinggal di duniaMu. Mau baik susah, mau jahat kembali baik, makin susah. Ya sudah aku ambil positifnya saja.

Laki-laki itu menatapku dengan ambigu, menyukai atau heran atau jijik. Ya, kira-kira begitu tatapannya. Lalu, malamnya menghubungiku, menanyakan, "kau, sudah makan atau belum?" ya kira-kira begitu. Lalu, berlangsung sampai dua minggu, lalu berakhir tak menanyakan, aku sudah makan atau belum. Padahal aku mulai rindu. Ya sudah aku ambil positifnya saja.

Bajiangan yang merasa punya otak itu kutemui disuatu malam yang lelah, yang penuh dengan agenda-agenda yang akan di bicarakan. Tidak tahu apa isi kepalanya, bajingan itu mengoceh tiada ampun, tiada peduli, tiada sadar, menghina dan menyentuh kulit tipis hatiku, lalu tergores dengan bentuk yang tidak pantas. Matilah. Aku, memutuskan tak akan menemui bajingan itu lagi seraya sumpah serapah tak pernah dia akan bahagia. Aku jadi terpaksa mengenyahkan tanggung jawabku, yang sebulan lagi tinggal kenangan. Bagaimana? Bisa ku ambil positifnya saja? Moga-moga bisa.