Pages

Jumat, 03 Oktober 2014

Dzulhijjah

Ini fase yang cukup memprihatinkan dalam hidup saya. Setelah lulus dari kuliah yang ternyata tidak menyebalkan, saya pun sudah bekerja. Meski tanpa status, meski tanpa upah yang tak kunjung ada di tangan. Tapi, hal yang menyedihkan dari itu semua adalah saya merasa kesepian. Dalam fase yang luar biasa panjang. Meski chat di handphone tak pernah redup. Meski teman kantor selalu mengajak ketawa. Meski mama dan ayah yang tak berhenti menanyakan kabar. Meski tumpukan deadline kerjaan menggunung. Saya tetap kesepian. Sepi yang diliputi tekanan-tekanan dan masalah yang di buat, di riwayatkan oleh diri sendiri, tidak tahu jalan keluar, tidak tahu harus berbuat apa. Tuhan, dalam megahnya dunia Mu saya merasa sepi.

Apakah begini analoginya. Di dalam kubur nanti, ketika saya seorang diri. Meski banyak orang yang datang kepemakaman saya, entah menangis, entah merasa senang, entah. Meski banyak orang yang saya kenal semasa hidup. Ketika di dalam kubur, saya akan merasa sepi. Meski menjerit minta pertolongan, namun tak satupun kerabat dan sahabat tersayang menolong saya. Hanya ada malaikat yang hadir atas izin Allah, untuk menanyakan segala hal yang saya perbuat di dunia. Jika jawaban atas pertanyaan tidak sesuai, maka habislah saya. Seperti ketika masuk ruangan bos saya. Meski rekan kerja ada di kanan kiri saya, namun ketika saya kena omel, tak satupun yang bisa menolong. Sebab itu kesalahan saya. Itukah sepi? Itukah sedikit rasa di alam kubur yang kini saya rasakan beberapa minggu belakangan. Sesedih itu? Meski teman hadir di hidup saya cukup banyak?

Ini Dzulhijjah Mu yang indah. Namun tak seharipun saya menyambutnya. Ini Dzulhijjahmu yang rekah, namun terlalu lama saya menyadarinya. Saya pun tahu sebab sepi yang saya rasa. Kau mungkin sedikit marah. Aku malu ya Allah.


0 komentar:

Posting Komentar