Pages

Senin, 23 Agustus 2010

akhir-akhir ini

akhir-akhir ini gue sangat menyukai tokoh yang sangat kritis, puitis dan seorang aktivis. tokoh itu adalah Soe Hok Gie, sebenarnya sudah lama gue mengagumi dia yang sangat kritis dan puitis itu, saat kelas 2 SMP gue melihat cuplikan vidio clip soundtrack film Soe Hok Gie. tapi, gue tak sempat memutar filmnya di VCD rumah. kemudian, kelas 3 SMP gua nonton filmnya di TV tapi gak full. dan  kelas 1 SMA gue baru mulai menikmati film tentang Soe secara full, dan gue fikir ini adalah film Indonesia yang sangat baik diantara yang baik. Soe sangat hebat, dari saat dia SMP saja pikiran-pikirannya sangat tinggi dan kritis mengenai politik, Soe juga sangat cerdas dalam mengolah kata-katanya dalam puisi-puisi yang dia buat. Soe kuliah di Universitas Indonesia, Ilmu Budaya, Sastra Sejarah. nice sekali. dan baru-baru ini gue kegirangan karena berhasil ngedapetin bukunya Soe Hok Gie yang berasal dari catatan hariannya selama dia masih hidup, buku itu adalah "Catatan Seorang Demonstran", gue berkesempetan ke senen waktu itu sama Ega dan Rawi sampai-sampai harus cabut dari latihan teater. ini buku emang yang gua cari-cari, kata tukang buku yang di senen bilang buku ini udah langka malah udah jadi cetakan yang ke sembilan. cetakan pertamanya tahun 1986, kemudian diperbarui lagi-lagi-lagi hingga ke cetakan yang kesembilan yang kebetulan juga setelah rilis film mengenai Soe. ini buku sangat menginspirasi gue dalam mengolah kata-kata, yes gue sangat suka menulis, makanya buku ini gue beli dan gue pahami isinya. ya walau agak sulit, karena Soe membiarkan kata-kata yang sulit untuk dicerna untuk masuk di catatan harian dan puisi-puisinya. haha kadang gue berpikir apa bisa gua seperti Soe yang memburu kata-kata yang indah untuk dituangkan dalam puisi atau cerita-cerita gue? haaha mungkin nanti. ada banyak kata-kata Soe yang membuat gua kagum dan tersenyum-senyum, salah satunya "Lebih baik diasingkan dari pada menyerah terhadap kemunafikan". lalu ini puisinya Soe


(Puisi Gie)
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu

mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”






sangat puitis, tapi ada yang lebih puitis menurut dia yaitu, "bicara kebenaran".
kisah cintanya Soe yang menurut gue sangat unik dimana dia gak di restuin sama orang tua pacarnya karena dia adalah seorang keturunan cina dan katolik. Soe meninggal pada tanggal 16 Desember 1969 di Gunung Semeru karena menghirup gas beracun. Andaikata Soe masih hidup sampai sekarang, sumpah gue bakal berusaha untuk bisa ketemu sama dia yang berbincang masa lalu di tahun 1950-1960 tahun dimana kesusahan untuk masyarakat Indonesia. heheh

selanjutnya, akhir-akhir ini juga gua sangat suka sama Bapak Ismail Marzuki.


lagu-lagu dan syair-syair yang dibuatnya menurut gue keren banget. yang gue suka dari lagunya yaitu, Sepasang Mata Bola, gue udah dengerin lagu ini dari pas gue SD, lagunya gue suka banget, setiap Sabtu dan Minggu sore biasanya Ayah gue mutar lagu-lagunya dia di tape. dan yang sangat bodohnya gue baru tahu kalo itu lagunya Bapak Ismail Marzuki. ada lagi lagu lainnya yaitu, Sabda Alam, Rindu Malam, Indonesia Pusaka, dan Juwita Malam. entah kenapa gue jadi suka lagu-lagu tahun 40'an sampai 90'an.
waktu SD gue suka mainin lagunya Pak Ismail yang Sepasang Mata Bola sama Indonesia Pusaka pake suling, sering banget. makanya gue sampe hafal lagu Sepasang Mata Bola cipt. Bapak Ismail Marzuki.

Dan, akhir-akhir ini gue merasa hidup gue jadi tidak karuan. gue seperti gembel yang gak kenal sama namanya waktu. apa itu waktu dan kenapa ada waktu? gue gak kenal itu. gue pusing sama urusan gue sendiri tanpa mikirin hal ikhwal yang harus gue urusin. Pelajaran dan Teater jadi terbengkalai karena tempat tidur yang empuk itu. selain itu emosional gue gak bisa tahan. gue gak ngerti sama keadaan gue akhir-akhir ini, rasanya gue seperti keledai tanpa gue tahu kenapa gue merasa seperti keledai. gue merasa sepi padahal ayat-ayat Al-Quran yang dibaca dimasjid deket rumah gue jelas terdengar dikamar gue yang seperti gudang. ada apa kiranya sama gue yang jadi seperti manusia primitif yang tak tahu mana yang moderen mana yang tradisional. gue kehilangan diri gue sebagian karena kasur empuk yang penuh hawa nafsu untuk gue berbaring diatasnya dan menurut gue itu sialan! gue kebingungan dengan cita-cita akhir-akhir ini juga

0 komentar:

Posting Komentar